Apr 12, 2007

Kondangan

Seperti kebanyakan pesta pernikahan, ada yg digelar di gedung, hotel dan rumah. Kalau digedung semuanya pasti sudah tertata dengan baik, meja prasmanan, pelaminan dan dekorasi indoor yg apik. Suasana pun nyaman. Jika dalam ruangan tentu dilengkapi hembusan AC yg sejuk. Jika didekat kolam renang (biasanya malam) suasanan romantis dengan lampu redup dan hembusan angina semilir membuat suasana makan tambah nyaman. Tapi jika diadakan dirumah yang menyulap halaman dan jalan didepan rumah menjadi tempat pesta dipastikan kalau dating jam 1 siang sampai jam 4 sore sangat panas. Disaat itu tamu-tamu serentak dating membuat gerah. Belum lagi menu yg disajikan berupa nasi putih ngebul, atau soto/bakso. Sambil didendangkan lagu dangdut. Owww lenkaplah penderitaan. Pulangnya lusuh dengan baju basah kuyub. Gak imbang, udah dandan 1 jam , namunya cuma 10 menit ( kalau yg punya hajat masih 1 kelurahan). Sampai dirumah langsung ngantuk krn kekurangan oksigen.

Sabtu kemarin ada kolega yg ngundang. Sudah dibujuk rayu segala bojo ku emoh diajak. Ya udah aku janjian deh sama teman lain yg bojonya berhalangan. Syukur pergi barengan bertiga. Sampai disana jam 1 siang yg panas terik. Meja penerima tamu menyambut kami diujung jalan komplek sehingga tidak ada kendaraan umum yang lalu lalang.
Diiringi musik tradisional Sunda mata kami edarkan memilih menu apa yg akan kami santap . Survei dulu ke stan-stan yg tersedia. Panitia penyambut tamu tanggap dengan kami langsung menawarkan pilihan mi kocok, sate ayam, dimsum martabak mesir dan tentu saja menu utama nasi lengkap dengan lauk pauknya. Kursi dan meja bundar sudah penuh, kami dipilihkan pada deretan kursi. Pilihan kami jatuh pada menu pembuka (karena yg pertama dimakan) yaitu serabi yang yummy lembuuuut banget. Kalau teman yg diPekanbaru mau coba bisa pesan ke Bu Lies Hadi di Komplek Hibrida CPI camp. ( Sorry Bu Lies promosinya gak ngasih tau, tapi feenya boleh dong haha) gak cukup 3 buah serabi ditambah lamang tape hitam tapi tapenya dikiit aja takut sakit perut.

Disebelah kami duduk beberapa ibu-ibu expert pakai kebaya duh! Ayune…. Rambut pirang tergerai tidak lupa kacamata hitam (tolong bayangin sendiri). Yang lain pake gaun batik begitu juga bapak-bapaknya berkemeja batik. Si ibu-ibunya itu betul-betul menyesuaikan diri dengan kultur Indonesia, apalagi panitia rata-rata pake kerudung, baju kurung, kain songket, atau gamis berpayet jadi kloplah tidak ada yang beda. Tak lama dating sepasang tamu, wanitanya berbaju ala Cut Tari atau berkemben ria. Awalnya aku liat dia PD sekali dengan penampilannya, tapi setelah berada disekitar ibu-ibu expert yang ayu-ayu, wanita itu keliatan salah tingkah. Kasian deh lu tapi untunglah dia tidak duduk disebelah ku (bisa merusak selera makan, karena pasti keringetan) kami langsung berkelana lagi mencari menu yg lain.

Pindah ditempat lain eh samaan lagi sama ibu-ibu expert, kami milih sate ayam dan lontong mereka lagi-lagi makan nasi sebelumnya nasi dan gulai dan entah apalagi, sekarang nasi dan Dendeng Lambok (dendengnya kalo gak salah 3 lembar). Setelah ngobrol-ngobrol dengan tamu lain kami bertiga melanjutkan ke menu berikut yaitu dimsum dengan saus krim kental dan cabai/tomat. Sepiring seorang ludes sudah.
1 jam tidak terasa kami bertiga telah menghabiskan berpiring-piring makanan Ajaibnya dipesta kali ini tamu-tamu tidak kepanasan. Pengaturan meja kursi tamu dan meja prasmanan diatur sedemikian rupa sehingga tamu-tamu tidak menumpuk disatu tempat. Acung jempol nih buat EO nya.

Sebelum salaman ke dalam rumah dimana pelaminan dan pengantennya berada, sebagai pencuci mulut aku pilih es krim rasa durian yang membuat aroma tak sedap menguar dari mulutku (pilihan yg salah). Lagi-lagi ketemu ibu expert berbaju batik sedang berdiri menikmati lamang tape ditangan kanan es krim ditangan kiri. Gak tau deh gimana cara dia makan. Senyum manis tersungging dibibirnya dan aku buru –buru bales senyum juga, lebih tepatnya nyengir.
Mata kami berbicara, katanya” sorry gue masih makan nih”
aku balas “ gue nyerah deh, nasi mah udah biasaaaaa”

Owww dipintu masuk aku bertubrukan dengan Maddox dan Zahara itu lho anak-anaknya Angelina Jollie (hihiii kebangetan ngayalnya) eh ini bener!! Bapak ibunya putih berhidung mancung, bermata biru, anak-anaknya warna warni. Ada yg hitaaaaaaam sekali, sawo matang dan putih bermata biru. Lho ilmu genetika kok tidak berlaku dikeluarga ini

Tambahan cerita , aku pernah makan siang di Food Court. Saat itu makan siang dipenuhi karyawan . Aku yg duluan makan memilih jus buah sama salad. Dimeja brain menu aku papasan sama bule yang imuuuut banget. Mungkin baru lulus dan magang disini. Pilihannya nasi putih dan dendeng lambok tanpa cabe plus sayur daun ubi rebus. Biasanya dendeng lambok masakan padang kan diiringi sambal cabe hijau yg pedes seger. Coba kalo doi makan lengkap pake cabe hijau ditanggung gunungan nasinya bisa nambah 3 kali. Heran deh kok bule-bule disini doyan dendeng lambok ya.. Begitulah kita yang biasanya makan sayur daun ubi (hamper tiap hari) sekali-kali nemu salad pasti milih salad. Begitu juga dengan mereka yang tiap hari sayurannya salad + mayonais sekali-kali ketemu daun ubi ya boleh dong ngembeeek

2 comments:

Tety Kurniati said...

Memang ya wie masing-masing ada + & - , kalo di rumah pestanya : minusnya, ribet & gerah. Plusnya, bisa lebih lama waktunya & lebih dekat dengan para undangan serta kerabat.

Sedangkan di gedung ya kebalikan dengan di rumah.

Kalo ada rezeki lebih mendingan di gedung kaliye, lebih simple & nyaman gitu loh

Anonymous said...

Emang sih kalo ke pesta ada aja yang kurang. Abis ribet sih.

Dendeng lambok kan emang enak. Btw, kerja di mana sih Mbak?