Jun 7, 2007

Khatam Qur'an











Dalam masa pendidikan di usia SD, bagi yang bersekolah di sekolah umum akan mengikuti 2 sekolah. Pagi umum, siang sampai sore di madrasah untuk belajar agama plus mengaji . Apalagi ditempat kami (Prop.Riau) beberapa sekolah menengah meminta ijazah madrasah dilampirkan bersamaan dengan Ijazah SD. Jadi untuk mat pel agama Islam di tingkat SLTP tak ada lagi yang buta huruf Arab-Alquran.

Sebagaimana tradisi madrasah-madrasah di Riau, jika murid-murid sudah sampai dikelas 4 MDA, maka sudah bisa ditamatkan. Acara wisuda nya disebut dengan Khatam Quran atau Katam Kaji istilah di Sumatera Barat.( Bisa dilihat di Blog satu lagi)
Acaranya berupa pembacaan Alquran bergantian sampai tamat, lomba membaca alquran dan pawai. Mesjid atau Madrasah yang dipakai dihias meriah khas sebuah pesta. Murid wanita memakai baju tertutup malah seperti baju penganten, murid laki-laki memakai baju ala arab. Karena asal agama Islam dari Arab maka kebudayaan Arab terbawa ke Indonesia. Tak ada yang merubah ciri pakaian Arab pada acara Khatam Quran ini.

Persiapan acara ini beberapa hari sebelumnya sudah dibentuk kepanitiaan dari wali murid, jemaah mesjid, remaja mesjid dan masyarakat sekitar. Semua turun tangan membantu konsumsi, dekorasi serta persiapan lainnya. Dari yang saya lihat di Pekanbaru ini , sepertinya kurang greget pada pelaksaan acara. Kurangnya perhatian masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memeriahkan acara ini. Berbeda dengan di Sumatera Barat umumnya semua pihak sangat antusias.

26 tahun yang lalu saya menjadi salah satu murid madrasah di Bukittinggi. Tepatnya di MDA Panorama. Itu lho dekat tempat wisata Panorama Ngarai Sianok. Letaknya dekat pekuburan umum. Saat itu suasananya sangat meriah. Untuk jamuan makan siang masyarakat bergotong royong memasak. Ada gulai cincang, rendang sayuran dan krupuk. Bahannya pun didapat dari sumbangan masyarakat. Malah gabungan sumbangan peserta dan warga bisa dibelikan sapi untuk dipotong dan dimasak. Disebut dengan ‘mambantai’.

Setelah perlombaan baca Alquran, dipilih pemenang dengan bacaan terbaik. Hadiah juara 1 adalah seekor kambing!. Bayangkan si pemenang akan menarik-narik kambing pulang dari acara. Tapi wajah pemenang tetap sumringah walau harus rela ditanduk kambing. Dirumah sudah menanti acara selamatan dengan menu utama singgang ayam dan nasi lamak. Kalau untuk acara selamatan bukan hanya bagi keluarga pemenang, tapi hampir semua peserta (catatan: bagi yang mampu). Uniknya lagi sanak saudara dari pihak ayah yang disebut bako akan memberi hadiah masing-masing keluarga berupa seekor ayam. Kalau saudara/Bako ada 50 keluarga maka akan dapat ayam 50 ekor. Wah seru dong, suasana rumah jadi meriah dengan kotekan ayam. Nah jika masing-masing memberi seekor ayam betina, lalu masing-masing ayam tsb menetaskan telur 10, jadi pernak ayam sukses nih dengan 500 ekor ayam. Belum kambingnya beranak pinak pula.

Sekarang ditahun 2007, tradisi kemeriahan acara Khatam Quran, masih sama. Hanya hadiah juara, bukan kambing lagi tapi emas dan trophi. Selamatan di rumah masing-masing masih sama meriahnya dengan acara sunatan di Jawa. Hadiah dari bako pun sudah mulai bergeser dari ayam ke uang . Tapi nenek masih suka mengepit ayam lho untuk dihadiahkan ke cucu, katanya “Sudah Tradisi....................”.




1 comment:

pyuriko said...

Waahh,.. itu tiap tahun selalu gitu yaaa??


Tradisi yang mengalir...