Jan 7, 2009

Long Year End







Family Trip kali ini lagi-lagi ke Sumatera Barat. Kunjungi West Sumatera sangat menggoda. Hampir semua tempat indah buat dikunjungi. Sawah yang indah bertingkat- tingkat,yang menghampar dengan pematangnya berkelok-kelok, danau biru yang elok serta pantai dengan ombak yang bergulung-gulung, Lembah,ngarai air terjun.

Trip diawali dengan perjalanan ke Danau Maninjau. Dari Bukittinggi jalur Padang Luar –Balingka –Matur. Melewati pinggang gunung Singgalang.Hawa sejuk kota Bukittinggi membuat perjalanan ini penuh suka cita, kebetulan cuaca cerah langit biru jernih, cahaya matahari memantul pada sungai kecil dan kolam-kolam ikan disepanjang jalan. Sawah –sawah baru saja dipanen meninggalkan aroma jerami yang dibakar. Memasuki Matur hawa makin dingin, bunga-bunga dahlia warna-warni ditiap halaman rumah. Labu yang besar-besar dan kacang goreng jadi cirri khas kedai-kedai yang berjejer di pinggir jalan.

Kami berbelok kea rah Puncak Lawang. Disana tempat diadakan OlahRaga pralayang karena tempatnya diketinggian dengan angina yang berhembur kencang. Brrrrr dingin. Kami serasa akan diterbangkan angina kea rah lembah dan menyusup ke dalam danau. Di Lawang ini terkenal akan industri gula tebu dan saka (gula merah) . Perkebunan tebu yang luas dan industri rumahan yang dikelola secara tradisional. Aroma gula caramel juga menjadi cirri khas daerah ini. Kuali besar berisi caramel yang meletup-letup, harum . Seekor kerbau berputar-putar pada sebuah kayu yang ternyata berfungsi untuk meremas tebu. Bagi yang ingin melancarkan adrenalin bisa olahraga Paralayang di puncak bukit terbang kearah danau Maninjau.

Udara yang begitu menggigit membuat perut mulai terasa lapar. Mengingat perjalana akan berbelok-belok di kelok 44 kami urung makan mie rebus hangat yang dijual di kedai setempat. Kopi panas jadi cepat dingin kalau tidak segra diseruput. Cemilan kami hanya kacang goreng dan kerupuk bawang, segera ludes diserbu. Puas menikmati angina dan pemandangan indah kami melanjutkan perjalanan.
I
Faiz mulai tertidur setelah bernyanyi-nyanyi riang. Ada yang lucu waktu kami keluar dari kawasan Lawang. 2 orang wanita berjalan dipinggir jalan mengenakan jeans hipster atau celana pensil biasa anak-anak menyebutnya. Bodi kedua wanita ini lumayan aduhai, aku membatin. Ketika mobil kami mendekat yang seorang menoleh karena paling dekat ke kendaraan lewat. Fikri si abg ku spontan ….” Wuih giginya….” Aku susah payah menghentikan tawa karena dalam hati aku membayangkan dari belakang wanita ini keliahatan cantik (keren) depannya , alamak gigi –gigi seri mencuat kedepan. Dasar anak cowok langsung komentar aja. Jalan berkelok menurun sebanyak 44 belokan, tak terasa lama karena pemandangan yang indah dihadapan kami. Danau yang membentang biru indah. Sawah bertingkat dengan padi menguning bertingkat-tingkat. Dipinggir jalan selalu dipasang adengan 20 tahun yang lalu, sewaktu jalan ini masih sempit hamper tiap tahun ada bus y ang terperosok ke jurang. Karena hubby yang nyetir hati-hati dan pelan taidak ada anak-anak yang mabok. Semua , kecuali Faiz yang terlelap mengitung satu persatu kelok sebanyak 44.

Di Danau Maninjau cuaca yang tadi cerah berubah hujan, sehingga kami tidak bisa bermain-main dipinggir danau. Makan siang di ujung danau kearah sungai antokan. Palai rinuk (pepes ikan danau yang kecil-kecil seperti teri), dadar rinuak serta makanan serba ikan danau. Hujan masih mengiringi kami hingga memasuki Lubuk Basung. Mampir dirumah nenek ku atau nek buyutnya anak-anak. 30 menit berikut kami meluncur di jalan raya yang mulus kea rah sungai limau, kampong leluhurnya hubby.Mampir lagi bersilahturahim dengan suami almahum kakak sepupu. Bernostalgia menceritakan penyakit kanker yang merenggut nyawa kakak sepupu. Kami tak ingin berlama-lama mengingat cerita sedih ini, dan mengalihkan cerita kepada saat bahagia beliau jadi kades 20 tahun silam .

Tujuan utama perjalanan ini adalah mandi sepuasnya di pantai Arta Sungai Limau. Cemara menyongsong kedatangan kami , ditingkahi lambaian daun kelapa menjulang bengkok. Debur ombak yang mengulung-gulung tak pernah berhenti. Siang itu pengunjung tidak begitu ramai. Penjaja udang dan kepiting mengerubungi kami,”memakasa” untuk membeli. Tidak enaknya jika kami beli ke 1 penjual, penjual lain yang masih anak-anak akan terus menerus menawarkan dagangannya untuk dibeli satu saja..Anak-anak berlarian ke laut menyongsong ombak, tapi takut-takut, karena ombaknya tergolong besar. Lompat sana lompat sini Faiz mengejar-ngejar umang. Tapi tak berani masuk ke air.Mendengar bunyi gemuruh ombak FAiz ternyata keder. Menjelang sunset kami berkemas karena takut terjebak macet di Lembah Anai. Kami tidak jadi mampir di Pantai Gandoriah Pariaman. Tapi langsung kearah Sicincin langsung menuju Bukittinggi. Hari mulai remang sore, tapi kendaraan tidak begitu padat yang berarti di Silaingtidak akan macet. Faiz pulas lagi dalam perjalanan ini. A

Anai resort telah tutup, padahal kami ingin melongok sebentar. Sampai di air tejun Lembah Anai, kami berhenti. Suasana mulai gelap tapi kami tetap masuk kearah air terjun. Wah suasana nya berbau magis..dingin percikan air terjun dan beningnya air kolam Anai, memancing untuk disentuh… dingin bagai air es. Cahaya berpendar disekitar air terjun, yang jatuh pada kolam bebatuan dan terus mengalir ke sungai yang juga penuh batu-batuan. Istirahat di Padang Panjang untuk shalat magrib dan menggasak sate.. ditemani kerupuk kulit yang ukurannya sebesar piring, kriuk-kriuk di oles kuah sate yang kuning kunyit sedikit pedas. Tapi rasanya hmmm yummy, pegen nambah lagi kerupuknya. Puas makan sate tujuan kembali kerumah di Bukittinggi, tapi ups kenapa buru-buru…di Koto Baru ada yang jual kue bika bernama Bika Mariana yang terkenal. Cara memanggangnya unik tidak menggunakan oven, tapi periuk tanah liat dan dibakar di bara api. Sayang alas kue ini tidak dari daun jati lagi tapi daun pisang sehingga aromanya tidak semerbak biasanya, tapi rasanya masaih gurih. Paduan tepung beras dan kelapa mudah. Udara dingin makan kue bika hangat, cocok sekali

Anak-anak ingin melihat Jam Gadang diwaktu malam, apalagi ada kabar jam gadang akan diberi selimut karena Walikota/pemda setempat tidak mengizinkan acara tahun baruan di Kota Wisata ini.Khususnya diarea jam gadang. Sorenya akses kendaraan kearah pasar ditutup. Ada beberapa persimpangan yang ditutup dan dijaga ploisi menyebabkan kami harus memutar dan mencari jalan tikus untuk bisa sampai ke rumah. Aneh juga melihat ada acara tahun baru Masehi dikota Bukittinggi. Selebaran dibagi yang isinya larangan berbuat maksiat,berdua-duaan, perbuatan tidak senonoh. Bagus sih tapi mestinya tempat-tempat yang memicu perbuatan mesum ini segera dirazia. Tapi memang suatu yang sudah jauh berubah pada peradapan remaja kota kecil tsb, dimana muda-mudinya dengan tanpa malu-malu berpelukan didepan umum..yah buah dari kemajuan kota.

1 comment:

Anonymous said...

salam kenal