Mar 31, 2008

Sahabat Ku


foto kanan: suami deni,sepupu,anaknya, aku in pink,Fira Velia dan Deni

“HALLO, WI, INI NOVA .....SMA 2...EH WID NOVA DAPAT SMS KATANYA DR.DENI MENINGGAL, GIMANA WID” suara ibu-ibu dengan bahasa minang versi Jakarta.
Aku langsung konek yang dimaksud nyonya diseberang handphone ini dia ngenalin diri Nova teman lama kami zaman smp, kt lain SMA tapi lebih pasnya Nova yang tinggal dibirugo....Setelah agak tenang aku jelasin satu persatu bahwa yang aku tahu suami Deni yang sakit parah, tapi apakah Deni yang meninggal aku harus pastikan dulu kekeluarganya di Bukittinggi. Tapi alih-alih kami bercerita sedih eh malah ketawa-ketawa karena, aku ngebayangin si Nova ini imut dengan suara manja dan kacamata tebalnya. Tapi kok yang bicara ini ibu-ibu sesak nafas dan nada bicaranya tegas dengan logat yang aneh seperti orang baru belajar bahasa minang. Baru 15 tahun jadi orang Jakarta ngomong Minang dah belepotan. And seterusnya sampai ngabisin pulsa...

Selesai dengan Nova aku langsung nelp ke HP Deni, tapi ga diangkat. Ke rumah juga gak ada yang angkat. Untung Oma masih di Pekanbaru dan ingat telpon tantenya Deni yang nota bene teman Oma. Baru lega ternyata yang meninggal suaminya bukan Dr Deni seperti sms entah entah dari siapa.. Tapi kok lega..tidak ! rasanya aku juga sedihh banget teringat Deni sendirian di Jambi tempat tugasnya sebagai dokter, lalu anak-anaknya yang masih SD .. Lama aku tercenung dan ngobrol dengan Oma yang ternyata udah tahu dari mamanya Deni bahwa suaminya ini menderita suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Sejak 5 tahun yang lalu. Waktu itu Deni curhat ke mamanya , Deni ikhlas kalau yang hal terburuk terjadi pada mereka. Memang sudah Nasib.

Lebaran 2 tahun yang lalu aku dan Deni banyak menghabiskan waktu bersama. Aku ingat suaminya yang baru saat itu aku kenal, caranya berbicara dan mengizinkan kami seharian berkeliling ketempat-tempat penuh setori dan seharian itu juga kami bolak balik pakai honda jazz dan angkot. Setiap bepergian Deni selalu gak mau bawa anak, cerita tentang mantannya, teman-teman sekelas pokoknya yang menyenangkan di masa SMA. Tapi aku mendapat kesan mendalam terhadap suaminya; begitu dewasa, pengertian, sabar......tadinya aku pikir karena sudah tua, sampai-sampai Fira hampir saja memanggilnya kakek karena dikira dia papanya Deni. Aku bandingin dengan suami bahwa suami Deni itu pengertiaaaan banget. Kami pergi seharian gak komplain. Beda sama suami ku waktu aku tinggal seharian malah merajuk dan langsung pergi jalan-jalan ke Istana Pagaruyung bersama Fikri dan Fira. Tapi selama itu Deni tidak sekalipun bicara soal penyakit suaminya.

Pagi ini aku telpon Deni, aduh rasanya kerongkongan tercekat dan aku kehilangan kata . Karena di sana Deni sudah terisak....... Setelah kami bisa menguasai diri aku mulai bertanya tentang anak nya dan mensupport. Tapi kalimat yang keluar terasa garing dan sangat formal seperti kami orang asing saja. Aku ingin peluk Deni dan mengizinkannya curhat sepuasnya... Nanti sewaktu aku ambil cuti dan mungkin Deni sudah pindah ke Bukittinggi......... Semoga kalian yang ditinggal suami, papa tercinta bisa tabah..............

1 comment:

Anonymous said...

Salaam,
Semoga bunda, teman beserta keluarganya , diberi ketabahan amiin :(