Mar 11, 2008

Ironis

Jadi males nonton berita. Masih berkutat soal sembako yang terus melambung. Ditayangkan warga antri bahan bakar, minyak goreng ya ampuuuun terus naik, terigu dkk udah jelas naik, mendongkrak harga mie instant. Terus tempe yang belum stabil yang berakibat makin kurusnya sepotong tempe. Coba apa yang bisa dihidangkan di meja makan jika semua harga bahan pokok terus naik. Jadi bingung ya dengan pemerintah kesan nya” ya mau gimana lagi.............”

Tapi ketika aku datang kesebuah pesta perkawinan anak orang penting, tak ada kesan kesulitan sembako yang membuat ibu-ibu menjerit. Disana tubuh berbalut busana yang sebatang badannya puluhan hingga ratusan je ti. Makanan melimpah ruah. Ada yang kesiram air, disisakan para tamu dipiring-piring. Tapi ada gak yang berpikir bagaimana soal harga naik diluar sana?

Sebagai wanita aku juga tak manampik bahwa sifat konsumtif bersemayam didalam diri. Ketika mendapat undangan kawinan tsb yang terbayang petama kali adalah busana apa yang akan dipakai. Walau gak menjangkau jeti-jetian paling tidak mesti keliatan special. Lalu aku mulai hunting nyari baju . Bolak balik milih diantara kerumunan ibu-ibu yang wangi semerbak. Aku ambil salah satu baju yang ada discount 40%. Mau nyari penjualnya ,aku bingung ada 2 wanita paruh baya yang satu duduk di counter yang satu diluar , keduanya sedang memamerkan perhiasan. Yang dalam counter sebut saja nyonya kupluk (karena pakei jilbab mirip kupluk) yang diluar sebut saja nyonya Tambun. Nyonya Tambun dengan lantang menyebutkan harga cincin yang melingkar dijari gemuknya. Nyonya kupluk tak kalah seru menyebutkan harga bros yang tersemat didadanya. Masih belum puas si nyonya kupluk memanggil petugas stan mereka menyuruh ambil sesuatu terus menyebut-nybut angka ratus jeti...........Aku bener-bener dicuekin sama 2 nyonya kaya ini padahal aku mau bayar sepotong baju ke nyonya kupluk, tapi karena bliow asyik saling pamer dengan pelanggannya nyonya Tambun , baju yang didiscount 40% toh ga sebanding dengan calon pembeli kelas kakap.ini.....


Syukur aku ga jadi menurutkan nafsu ingin tampil kinclong diacara kawinan tsb. Yang hanya akan dipakai 2 jam persiapannya berminggu-minggu dan berupiah-rupiah. Dan dalam perjalanan pulang aku melihat antrian panjang di pangkalan minyak tanah. Mungkin diantara kerumunan itu ada yang belum makan atau besoknya apa masih bisa makan tempe.

Disaat banyak orang menderita kekurangan sembako, angka yang tercatat sebagai jemaah calon haji terus meningkat. Temanku sampai menunggu ke 2011 setelah mendaftar di 2007. Bukankah itu menunjukkan tingkat kesejahteraan dikalangan umat muslim meningkat. Semakin banyak yang sanggup berangkat haji (karena financial dan spirituilnya) tapi kenapa makin banyak yang tidak lagi peduli dengan fakir miskin?

2 comments:

Anonymous said...

*sigh* ikutan bingung, disini jg harga melonjak gila2an, sempet kepikiran mau pulang aja ke indo, tapi masih bingung takut kalau2 disana situasinya malah lebih buruk, yg naek haji tambah banyak karena penduduknya juga makin banyak, tapi yg naek haji buat gensi jg banyak bahkan sampe utang sana-sini atau jual sawah :(

Azzah said...

hmm iya nih Uni, palagi di pekanbaru ya, harganya pasti gila2-an, pernah nebus obat nawfal di pekanbaru, yg biasanya di bali cuma 10rb, disana jadi 30rb :(.
betul skali, klo orang pesta disana tuh pada jor2-an baju, kemarin waktu pesta adek itu, saya terkaget2 diingatin, jangan pake baju itu, terlalu sederhana katanya, hiks, padahal itu baju msih kinclong meski gak baru dan Ngejreng, ternyata ukuran pantas disana itu berdasar kemewahan dri bajunya, MasyaAllah..saya cman bisa ngurut dada, beda sekali dg kebiasaan di kluarga saya. looh kok jadi curhat :D