May 25, 2007

Cerita Teman

Betapa indahnya sebuah persahabatan , begitulah seorang teman membuka percakapan. Lho tiba-tiba jadi melankolis kupikir.Lalu mulai memasang telinga untuk mendengar penuturannya berikut. .........



Waktu itu semua mendesak. Mau pindahan dan sedang mengundang teman-teman kerumah untuk selamatan rumah baru. Semua hidangan masih berada dirumah lama. Sebagian teman dan sodara yang membantu juga masih dirumah lama. Sedangkan jam sudah menunjuk keangka 12, dimana tamu-tamu yang diundang akan datang jam 13:00 atau sesudah shalat zuhur.

Saya masih berkutat didapur, Shanty belum juga balik dari mengantar temannya. Mobil satu-satunya itu lah menjadi andalan kami. Coba di telepon tidak menjawab,.Untunglah akhirnya Shanty datang. Ternyata dititipin buah-buahan dari mama temannya. Buahan dari kebun sendiri.

Dengan tergesa kami mulai mengangkut satu persatu hidangan yang sudah di simpan di wadah plastik kedap udara, yang tidak memungkinkan untuk tumpah. Mobil melaju 60 km/jam. Untuk ukuran perumahan lumayan kencang. Maklum sedang terburu waktu jadi rambu-rambu sedikit diabaikan. Tiba-tiba di pertigaan dimana kecepatan mobil sudah rendah mobil kami ditabrak/menabrak sepeda motor. Duarr..... Kepala saya terantuk kaca jendela. Kami pucat pasi karena sepeda motor dan pengemudinya tergeletak dijalan. Rasanya tidak sanggup untuk keluar menemuinya.

Saya menanyai Shanty terbentur atau apa setelah tidak terjadi apa-apa saya hanya membesarkan hatinya semua akan kita hadapi. Perlahan saya keluar akan menemui pengemudi sepeda motor yang sudah berdiri dibantu beberapa pejalan kaki. Sebelum saya berucap si pengemudi mengulurkan tangannya meminta maaf . Tapi....
Dia menangkap keragu-raguan saya.
“ Tak apa-apa Bu, Motor saya yang rusak biar saya perbaiki, ibu silakan melanjutkan perjalan “
“ Saya yang minta maaf,Pak. Kalau perlu perbaikan silakan hubungi saya hm,, ini alamat saya, silakan berkunjung, aduh terimakasih ya , sekali lagi saya minta maaf”

Rasanya saya akan berbicara terus untuk terus-terusan minta maaf. Tidak menyangka akan mendapat perlakuan penuh persahabat seperti ini. Sebelum pergi saya menanyai dulu nama dan alamatnya dan berjanji dalam hati akan berkunjung kesana bersama suami. Alhamdulillah acara selamatan berlangsung lancar. Sorenya saya menepati janji dalam hati berkunjung kerumah si pengemudi sepeda motor, bersama suami. Lagi-lagi dia menolak bantuan uang untuk perbaikan motornya.

“ Tidak parah kok Bu, hanya lampu sen saja yang pecah , saya juga baik-baik saja....”
Bla-bla..bla...........

Aku tidak mendengar lagi cerita temanku itu. Karena pikiran ku menerawang memikirkan kalau aku yang keserimpet, apa yang akan ku lakukan? Karena beberapa kali hampir keserimpet motor juga, aku langsung pasang wajah galak. Dan pernah juga dimaki oleh pengendara motor, ibu-ibu, waktu motor ku menyenggol motornya dan ibu itu jatuh padahal kebetulan mungkin dia lagi kurang menjaga kesimbangan. Untunglah makiannya dilontarkan dalam bahasa Batak yang aku tidak mengerti...

No comments: