Kepulangan ibu mertua dari Mekah tertunda sampai 3 hari. Adik dan abanya hubby sudah 3 hari bolak balik nungguin. Udah siap-siap mau dijemput ke Bandara, tiba-tiba ditelpon pihak travel bahwa pesawat delay sampai besok. Kami kira ibu udah di Batam, karena sewaktu berangkat rutenya Pekanbaru- Batam-Singapore-Arab. Ternyata ibu masih di Arab. Jumat ini kami dapat kabar bahwa ibu sudah sampai di Jakarta dan akan berangkat ke Pekanbaru jam 12 siang. 1.5 jam berikut kami harus sudah sampai di Bandara SSK. Setelah dikonfirmasi lagi ke pihak travel mereka mengatakan rombongan akan tiba di Pekanbaru jam 14. MAsih sempat buat shalat jumat.
Menuju bandara di siang yang menyengat membuat kita cepat lelah dan mengantuk. Rasanya Air Condition di mobil tak berarti di tengah cuaca yang panas ini.Mana Faiz tidur dipangkuan lagi dengan keringat bercucuran. Semakin gerah.
Kami kedepan pintu kedatangan sebelum memarkir mobils supaya bisa langsung membawa ibu pulang. Ada 2 nenek dan seorang pemuda berbaju batik yang kami yakini satu rombongan dengan ibu. Yang lain mana kok sepi… Setelah ditanyain ke pemuda itu yang ternyata adalah pengurus rombongan umrah, ibu sudah pulang bersama anaknya. Loh Kok? Anaknya yang ngejemput kan cuma hubby karena yang lain pada sibuk. Huh kessel juga, udah panas yang dijemput dah ngeloyor pulang sendiri . kaya yang tidak dipedulikan anaknya aja pikir ku jengkel. Ditelpon ke rumah nggak diangkat artinya ibu blom nyampe rumah. Sementara dirumah ga ada siapapun. Lha wong adek ipar ku yang masih tinggal dirumah ibu ikut ngejemput.
Pulangnya dihadang macet mulai depan gramedia sampai depan Bank Indonesia. Kami belok ke Ayani dengan harapan agak lengang. Tapi sama saja sepanjang jln A. Yani sudah macet juga . Terakhir masuk ke jalan Pepaya selanjutnya ke jl Durian .Lumayan bisa lewat agak santai sampai jalan Melur. Di Jalan Riau kembali kami terkepung, dan merayap d I sepanjang jl Yos Sudarso apalagi diatas jembatan Siak yang konon sudah tidak layak lagi..
Kami langsung pulang aja ga kerumah ibu, karena sebel dan capek plus kepala nyut-nyut.. Setelah magrib barulah kami ke rumah ibu. Ternyata ibu pulang bareng Pak Irwan. Beliau ini pernah jumpa di Imigrasi, Cuma istrinya saja yang sempat ngobrol-ngobrol sebentar waktu antrian foto. Si suaminya acuh baibeh aja di ujung koridor dan sayangnya kami tidak bercerita pula ngurus passport ibu untuk umrah, dan aku ga nanya juga untuk apa dia keimigrasi, paling mau liburan ke luar negri spt kebiasaan pegawai Chevron.
Aku dengan pak Irwan ini emang gak saling kenal sampai kami dikenalin pengurus yaysan Taufik. Dia bendahara lama yang aku gantikan.Waktu serah terima buku itu berlangsung dirumahku.
Cerita ibu ,ketika mobilnya ngantar ibu ke rumah, Pak Irwan nanya ini kan jln ke rumah bu Ewid. Dijelasin ibu bahwa Bu Ewid itu menantu ibu…. Baru pada O,,,,,O,,,O..nah malu bertanya gak mau tau…..aku juga jadi malu udah sebel sama ibu, padahal ibu ditolong orang….
Menuju bandara di siang yang menyengat membuat kita cepat lelah dan mengantuk. Rasanya Air Condition di mobil tak berarti di tengah cuaca yang panas ini.Mana Faiz tidur dipangkuan lagi dengan keringat bercucuran. Semakin gerah.
Kami kedepan pintu kedatangan sebelum memarkir mobils supaya bisa langsung membawa ibu pulang. Ada 2 nenek dan seorang pemuda berbaju batik yang kami yakini satu rombongan dengan ibu. Yang lain mana kok sepi… Setelah ditanyain ke pemuda itu yang ternyata adalah pengurus rombongan umrah, ibu sudah pulang bersama anaknya. Loh Kok? Anaknya yang ngejemput kan cuma hubby karena yang lain pada sibuk. Huh kessel juga, udah panas yang dijemput dah ngeloyor pulang sendiri . kaya yang tidak dipedulikan anaknya aja pikir ku jengkel. Ditelpon ke rumah nggak diangkat artinya ibu blom nyampe rumah. Sementara dirumah ga ada siapapun. Lha wong adek ipar ku yang masih tinggal dirumah ibu ikut ngejemput.
Pulangnya dihadang macet mulai depan gramedia sampai depan Bank Indonesia. Kami belok ke Ayani dengan harapan agak lengang. Tapi sama saja sepanjang jln A. Yani sudah macet juga . Terakhir masuk ke jalan Pepaya selanjutnya ke jl Durian .Lumayan bisa lewat agak santai sampai jalan Melur. Di Jalan Riau kembali kami terkepung, dan merayap d I sepanjang jl Yos Sudarso apalagi diatas jembatan Siak yang konon sudah tidak layak lagi..
Kami langsung pulang aja ga kerumah ibu, karena sebel dan capek plus kepala nyut-nyut.. Setelah magrib barulah kami ke rumah ibu. Ternyata ibu pulang bareng Pak Irwan. Beliau ini pernah jumpa di Imigrasi, Cuma istrinya saja yang sempat ngobrol-ngobrol sebentar waktu antrian foto. Si suaminya acuh baibeh aja di ujung koridor dan sayangnya kami tidak bercerita pula ngurus passport ibu untuk umrah, dan aku ga nanya juga untuk apa dia keimigrasi, paling mau liburan ke luar negri spt kebiasaan pegawai Chevron.
Aku dengan pak Irwan ini emang gak saling kenal sampai kami dikenalin pengurus yaysan Taufik. Dia bendahara lama yang aku gantikan.Waktu serah terima buku itu berlangsung dirumahku.
Cerita ibu ,ketika mobilnya ngantar ibu ke rumah, Pak Irwan nanya ini kan jln ke rumah bu Ewid. Dijelasin ibu bahwa Bu Ewid itu menantu ibu…. Baru pada O,,,,,O,,,O..nah malu bertanya gak mau tau…..aku juga jadi malu udah sebel sama ibu, padahal ibu ditolong orang….
No comments:
Post a Comment