Long week End atau loooooong wiken, selalu membuat sebagian warga pekanbaru ke luar kota. Tiket pesawat langsung menanjak naik maklum hum demond and supplies berlaku. Teman-teman yang sudah jauh-jauh hari pesan tiket tujuan Jakarta bisa tersenyum karena mendapatkan harga standar. Tapi yang lelet atau punya rencana dadakan yah bersuka cita lah mengeluarkan dana diatas Rp 1 juta. Itupun bisa berangkatnya hari Jumat. Bagi yang berangkat ke Sumatera Barat via darat bisa happy kapan pun bisa berangkat tapi seperti biasa terjebak tanah longsor dan antri macet sampai 8 km.
Seperti Oma yang nekat berangkat pakai travel dari Bukittinggi ke Pekanbaru , berangkat dri jam 9 pagi tiba di Pekanbaru jam 19:30. Sepanjang waktu kami sibuk memantau ke travel Bukittinggi dan ke pangkalan travel di Pekanbaru. Jawabannya sama: mungkin macet bu.......tapi Alhamdulillah si Oma senang-senang saja malah memuji mobil yang ditumpangi beliau bagus dan supirnya baik.
Sementara orang-orang pada bepergian, aku malah kebagian PR membuat SPT tahunan. Tadinya udah selesai dan dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak. Kasian teman yang membawa dah capek dan berat gak tahunya di Kantor Pajak ada Form baru yang sebenarnya sama dengan yg lama hanya beberapa posisi tulisan saja yang berubah. Padahal sewaktu membayar Pph tgl 4 Feb lalu tak satupun petugas yang memberi tahu bahwa form 1721 berubah. Lebih kasihan lagi anak-anak Cuma mondar-mandir saja sementara liburan 4 hari. Begitu SPT selesai lagi-lagi ada kerjaan lain.... uh kerja kok gak selesai-selesai sih . Minggunya baru kami bisa rekreasi sejenak, Off Road di Kulim dan Silahturrahmi ke rumah teman yang habis melahirkan. Kita sih udah mandi karena ngunjungi bayi, tapi mobil blom sempat wuih ngeri ada lumpur dimana-mana.
Setelah bersenang-senang sejenak, kami dikejutkan dengan banjir ditempat yang biasanya tidak pernah kebanjiran. Emang sih sewaktu terakhir aku melintasi jembatan leighton tgl 20 Maret lalu, air sudah mulai naik di kelurahan Meranti Pandak. Sedih dan lucunya ada yang pesta di pinggir jalan. Pengantennya duduk menghadap ke jalan. Sementara rumah mereka sudah tergenang air. Sekarang air sudah mencapai 1 meter, bagaimana ya nasip penganten baru tsb?.
Rumah teman-teman di jl Tegal Sari Ujung banyak yang terendam. Rumah teman Fikri juga, katanya ada yang hanyut. Berbagai cerita diperoleh dari pengalaman banjir yang paling besar sejak aku tinggal di Pekanbaru. Ada yang baru transaksi beli rumah eh rumahnya ikut kebanjiran padahal dulunya ga pernah kena. Ada juga yang baru beli mobil 3 hari mobil ini pun mulai terendam air. Pakaian sekolah teman-teman Fikri yang hanyut. Dan yang paling tragis, teman sekolah Mazen sepupu Fikri tewas ketika main air dibelakang GOR senam di stadion Rumbai. Memang ajal itu sudah ada jadwalnya, walaupun anak itu masih dirumah pun kalau hari itu waktunya harus pergi ya meninggal juga. Tapi untuk hal-hal logis rasanya aneh juga ya anak sudah SMP masih mau main air kotor seperti itu.
Dari sekian korban banjir, ada satu orang teman sekantor masih bertahan tinggal dilokasi yang memang sudah langganan banjir sejak dulu kala. Karena lokasinya di rawa-rawa aliran sungai. Konon kata ibu mertuaku tahun 1947 daerah tersebut masih aliran sungai Siak. Nah lo. Kalau daerah itu banjir ya salah yang bikin pemukiman disitu
Seperti Oma yang nekat berangkat pakai travel dari Bukittinggi ke Pekanbaru , berangkat dri jam 9 pagi tiba di Pekanbaru jam 19:30. Sepanjang waktu kami sibuk memantau ke travel Bukittinggi dan ke pangkalan travel di Pekanbaru. Jawabannya sama: mungkin macet bu.......tapi Alhamdulillah si Oma senang-senang saja malah memuji mobil yang ditumpangi beliau bagus dan supirnya baik.
Sementara orang-orang pada bepergian, aku malah kebagian PR membuat SPT tahunan. Tadinya udah selesai dan dibawa ke Kantor Pelayanan Pajak. Kasian teman yang membawa dah capek dan berat gak tahunya di Kantor Pajak ada Form baru yang sebenarnya sama dengan yg lama hanya beberapa posisi tulisan saja yang berubah. Padahal sewaktu membayar Pph tgl 4 Feb lalu tak satupun petugas yang memberi tahu bahwa form 1721 berubah. Lebih kasihan lagi anak-anak Cuma mondar-mandir saja sementara liburan 4 hari. Begitu SPT selesai lagi-lagi ada kerjaan lain.... uh kerja kok gak selesai-selesai sih . Minggunya baru kami bisa rekreasi sejenak, Off Road di Kulim dan Silahturrahmi ke rumah teman yang habis melahirkan. Kita sih udah mandi karena ngunjungi bayi, tapi mobil blom sempat wuih ngeri ada lumpur dimana-mana.
Setelah bersenang-senang sejenak, kami dikejutkan dengan banjir ditempat yang biasanya tidak pernah kebanjiran. Emang sih sewaktu terakhir aku melintasi jembatan leighton tgl 20 Maret lalu, air sudah mulai naik di kelurahan Meranti Pandak. Sedih dan lucunya ada yang pesta di pinggir jalan. Pengantennya duduk menghadap ke jalan. Sementara rumah mereka sudah tergenang air. Sekarang air sudah mencapai 1 meter, bagaimana ya nasip penganten baru tsb?.
Rumah teman-teman di jl Tegal Sari Ujung banyak yang terendam. Rumah teman Fikri juga, katanya ada yang hanyut. Berbagai cerita diperoleh dari pengalaman banjir yang paling besar sejak aku tinggal di Pekanbaru. Ada yang baru transaksi beli rumah eh rumahnya ikut kebanjiran padahal dulunya ga pernah kena. Ada juga yang baru beli mobil 3 hari mobil ini pun mulai terendam air. Pakaian sekolah teman-teman Fikri yang hanyut. Dan yang paling tragis, teman sekolah Mazen sepupu Fikri tewas ketika main air dibelakang GOR senam di stadion Rumbai. Memang ajal itu sudah ada jadwalnya, walaupun anak itu masih dirumah pun kalau hari itu waktunya harus pergi ya meninggal juga. Tapi untuk hal-hal logis rasanya aneh juga ya anak sudah SMP masih mau main air kotor seperti itu.
Dari sekian korban banjir, ada satu orang teman sekantor masih bertahan tinggal dilokasi yang memang sudah langganan banjir sejak dulu kala. Karena lokasinya di rawa-rawa aliran sungai. Konon kata ibu mertuaku tahun 1947 daerah tersebut masih aliran sungai Siak. Nah lo. Kalau daerah itu banjir ya salah yang bikin pemukiman disitu
1 comment:
uni, liburannya ke bali dong, masak ke jakarta aja sih :D
Post a Comment