Bulan ini entah yang ke berapa kalinya Ibu datang mengunjungi kami. Sejak punya bayi ke tiga hampir dua pertiga umur bayi yang sekarang sudah berumur 1,5 tahun, ibu menemani bayi ku yg bernama Faiz. Seperti juga kakak-kakaknya yang dijaga oleh Ibu sampai usia 3 tahun bergantian dijaga Ibu,ayah dan mertua. Ada sebabnya, dulu ketika Ibu dan ayah masih keluarga muda punya satu anak (abangku) mereka jauh dari keluarga, tinggal dikota kecil tahun 1962 sehingga ketika kedua orang tuaku bekerja abangku dititip pada pengasuh tanpa siapapun dari keluarga yg mengawasi. Cara kerjanya bayi dibawa kerumahnya oleh pengasuh tsb disana juga ada anak -anak kecil yang lain. Menurut tetangga abangku dibiarkan main ditanah, makanan yang dibekali ibuku diganti dengan makanan lain, bekal itu diberikan anaknya. Walahualam...ibuku sudah memaafkan orang itu....
Suatu malam abangku mendadak panas tinggi sehingga step, ibuku waktu itu sangat gugup bisanya hanya menangis menunggui stepnya sampai 1,5 jam.Bayi kecil dengan mata putih terbuka tak sadarkan diri dan sekali-sekali kejang.Tidak ada suami dan saudara.Ayahku sedang kuliah lagi di kota lain. Ada tetangga seorang mantri yang memberikan pertolongan, dan menyarankan dibawa ke RS. Tentu saja tidak semudah itu berangkat malam-malam dikota yg kecil tahun1962 .Tidak ada angkot ojek. Dengan ditemani beberapa tetangga, bayi kecil (abangku) umur 6 bulan itu dibawa ke RS . Alhamdulillah nyawanya tertolong . Setelah beberapa hari menginap dizinkan pulang tapi perkembangan motoriknya terganggu. Waktu itu sudah bisa duduk balik lagi belajar tengkurap. ketika umur 1 tahun ketahuanlah ternyata kaki kanan dan tangan kanan abangku lumpuh sampai sekarang. Syukurnya berhasil meraih gelar Sarjana Hukum dan sekarang bekerja disekretariat sebuah panti sosial anak-anak cacat.
Karena trauma itulah maka ketika satu persatu anakku lahir Ibu bersedia menjaga dan mengasuhnya. Walaupun ada pembantu urusan bayi ibu yang menangani (kalau aku sedang tidak dirumah). Anak-anak juga sangat dekat dengan neneknya. Kebetulan si nenek pensiunan pegawai negeri yang menerima uang pensiun bulanan sehingga urusan uang jajanpun nenek ikut-kutan memberi . Untung dicucunya dong.
Ibu bercerita suatu hari anak sulung saya mengeluh sudah satu semester ini tidak lagi sarapan dengan cereal (iklan cereal ini jika sarapan dg ceral merk tsb membuat anak jadi pintar) makanya nilai matematikanya jadi turun dan dia merasa akhir-akhir ini 'agak bodoh' (begitu dia menyebut istilahnya). Ibu memintaku untuk membelikan lagi cereal kesukaan cucunya ini. Saya berkelit karena bukan cerealnya yang bikin pintar tapi rajin belajarnya yang membuat nilainya bagus. Tapi Ibu berkeras dan mengemukaan metodenya dalam mengajar dulu dan menceritakan pengalamannya pada seorang anak didiknya untuk mesugestinya mesti ada sesuatu yang membuatnya PD. Yah akhirnya saya pun mengalah dan membelikan cereal dengan merk lain.
Ketika sarapan esok paginya anak-anak bersorak dan melahap sarapan cereal dengan semangatnya. Waktu berlalu sampai masuk pada ujian bulanan. Si sulung masih juga mengeluh jika diminta mengerjakan matematika dan mengaku masih bodoh.
Saya tanya"Kenapa ? kan sudah sarapan cereal masa masih bodoh juga..."
" Iyaaa... kan yang mami belikan cereal bodoh bukan cereal pintar yang 'itu' "
"?????!!!!!?????"
Sekarang sulungku suda kelas V SD dan nilai-nilai rata-ratanya baik 8,6. Sarapan apapun OK sekali-sekali saja menjadi 'bodoh' jika ada maunya..................
No comments:
Post a Comment