Dalam antrian panjang di sebuah ATM, untuk mengatasi kebosanan aku terlibat ngobrol dengan ibu-ibu yang berdiri di depan ku. Ngalor ngidul seperti orang yang sudah kenal lama. Lama-lama barisan ku sudah sampai ke barisan no 4. Ku pikir tidak lama lagi giliran ku. Aku mulai menyiapkan kartu atm, handphone yang memuat no tranferan yang akan ku tuju. Tapi sampai disini keadaan tidak berubah 5 menit.
Seorang ibu muda sambil menggendong bayi disebelah tangan kanan, tangan kirinya memencet-mencet keyboard msein atm. Salah lagi. Salah lagi. Ibu yang dibelakangnya sudah memberikan instruksi apa-apa yang harus dipencet. Sesekali tangan kanannya dinaikkan keatas membetulkan posisi duduk sibayi. Sepertinya si bayi terjepit dilengan ibunya, dan mulai meronta. Tapi laki-laki yang berdiri disamping ibu muda itu terus saja memberi instruksi. Awalnya ku pikir pria itu petugas bank, tapi kok akrab sekali. Tapi kenapa dia tidak peduli pada kesulitan ibu yang menggendong bayi ini.
Ibu yang antri dibelakang ,no 2 sudah mulai gelisah dan minta waktu sebentar untuk menggunakan atm sementara ibu yang menggendong bayi masih bolak-balik memasukkan kartu lalu pencet-pencet, memperbaiki posisi bayi dan menunggu uangnya keluar. Kalau ambil uang banyak kan lebih praktis ke counter saja tapi mungkin kelupaan bawa buku.
Aku maju ke barisan depan minta pria disebelahnya agar menggendong bayi itu sebentar. Masa bodoh apakah itu suaminya atau bukan , lah ngapain dia berdiri saja sementara disampingnya seorang wanita kesulitan. Eh ternyata pria itu memang suaminya. Waduh apa ya dalam pikiran suaminya, kok tidak berkeinginan membantu melihat menggeliat-geliat dalam kepitan ibunya, lalu sebelah tangan sibuk dengan tombol. Kemana empatinya sebagai suami.
Setelah tangan si ibu bebas dari bayi, proses pengambilan uang berjalan lancar, tidak samapi 3 menit giliran berikut bisa maju . Tiba pada giliran ku O-o uangnya habis sudah…………………………..
Seorang ibu muda sambil menggendong bayi disebelah tangan kanan, tangan kirinya memencet-mencet keyboard msein atm. Salah lagi. Salah lagi. Ibu yang dibelakangnya sudah memberikan instruksi apa-apa yang harus dipencet. Sesekali tangan kanannya dinaikkan keatas membetulkan posisi duduk sibayi. Sepertinya si bayi terjepit dilengan ibunya, dan mulai meronta. Tapi laki-laki yang berdiri disamping ibu muda itu terus saja memberi instruksi. Awalnya ku pikir pria itu petugas bank, tapi kok akrab sekali. Tapi kenapa dia tidak peduli pada kesulitan ibu yang menggendong bayi ini.
Ibu yang antri dibelakang ,no 2 sudah mulai gelisah dan minta waktu sebentar untuk menggunakan atm sementara ibu yang menggendong bayi masih bolak-balik memasukkan kartu lalu pencet-pencet, memperbaiki posisi bayi dan menunggu uangnya keluar. Kalau ambil uang banyak kan lebih praktis ke counter saja tapi mungkin kelupaan bawa buku.
Aku maju ke barisan depan minta pria disebelahnya agar menggendong bayi itu sebentar. Masa bodoh apakah itu suaminya atau bukan , lah ngapain dia berdiri saja sementara disampingnya seorang wanita kesulitan. Eh ternyata pria itu memang suaminya. Waduh apa ya dalam pikiran suaminya, kok tidak berkeinginan membantu melihat menggeliat-geliat dalam kepitan ibunya, lalu sebelah tangan sibuk dengan tombol. Kemana empatinya sebagai suami.
Setelah tangan si ibu bebas dari bayi, proses pengambilan uang berjalan lancar, tidak samapi 3 menit giliran berikut bisa maju . Tiba pada giliran ku O-o uangnya habis sudah…………………………..
No comments:
Post a Comment