Sudah aku tandai jika makan atau minum makanan/minuman tertentu akan membuat perut terasa kembung.Misal minuman bersoda atau makan terlalu pedas spt pangsit yg diberi cabe rawit Hal ini menyebabkan desakan angin dalam perut segera harus dikeluarkan. Parahnya desakan angin terkadang sulit dibendung. Ibarat tanggul retak sekuat apapun ditahan jebol juga.
Kejadian memalukan aku alami gara –gara sang angin meronta ronta minta keluar. Waktu itu sedang menghadap seseorang, hmm… relasi. Berkas yang aku bawa sedang diteliti, dan orang itu mengajukan beberapa pertanyaan. Tiap jawaban yang aku berikan selalu dimulai dari arah bawah berbunyi “prut” pelan dengan nada rendah. Untuk menetralisirnya aku berdehem. Untunglah gak terlalu banyak pertanyaan.
Sebenarnya aku gelisah dan sangat tidak nyaman dengan suasana saat itu, maka aku minta permisi dan mengatakan spy dia baca dulu setelah itu aku jemput lagi. Untung bukan proposal minta dana atau semacamnya. Wah kalau itu bias rugi bandar deh
Dia ngotot ingin mendiskusikan ini sedangkan aku mulai mencium aroma aduhai disekitarku yang mudah-mudahan tidak menyebrang ke ujung meja. Aku pastikan mukaku sudah tidak bisa senyum lagi.
Setelah agak reda kami mulai mendiskusikannya lagi dan “wewangian” itu tidak ada lagi. Everything it’s OK lah. Setelah selesai aku bermaksud pamit, tapi perutku mulai menggembung lagi dan mereka seperti berlompatan ingin keluar. Aku mulai panic jika aku nekat berdiri maka rentetan mortar akan menembaki berbagai objek diruangan itu. So What ?? Tidak ada jalan lain perlahan aku berdiri dan mendorong kursi dengan kencang sehingga bunyi kursi beradu lantai bisamengimbangi teriakan sang angin yang bebas.
“Jebret…dar… der…dor,Merdeka!”
Kejadian memalukan aku alami gara –gara sang angin meronta ronta minta keluar. Waktu itu sedang menghadap seseorang, hmm… relasi. Berkas yang aku bawa sedang diteliti, dan orang itu mengajukan beberapa pertanyaan. Tiap jawaban yang aku berikan selalu dimulai dari arah bawah berbunyi “prut” pelan dengan nada rendah. Untuk menetralisirnya aku berdehem. Untunglah gak terlalu banyak pertanyaan.
Sebenarnya aku gelisah dan sangat tidak nyaman dengan suasana saat itu, maka aku minta permisi dan mengatakan spy dia baca dulu setelah itu aku jemput lagi. Untung bukan proposal minta dana atau semacamnya. Wah kalau itu bias rugi bandar deh
Dia ngotot ingin mendiskusikan ini sedangkan aku mulai mencium aroma aduhai disekitarku yang mudah-mudahan tidak menyebrang ke ujung meja. Aku pastikan mukaku sudah tidak bisa senyum lagi.
Setelah agak reda kami mulai mendiskusikannya lagi dan “wewangian” itu tidak ada lagi. Everything it’s OK lah. Setelah selesai aku bermaksud pamit, tapi perutku mulai menggembung lagi dan mereka seperti berlompatan ingin keluar. Aku mulai panic jika aku nekat berdiri maka rentetan mortar akan menembaki berbagai objek diruangan itu. So What ?? Tidak ada jalan lain perlahan aku berdiri dan mendorong kursi dengan kencang sehingga bunyi kursi beradu lantai bisamengimbangi teriakan sang angin yang bebas.
“Jebret…dar… der…dor,Merdeka!”
1 comment:
Ya ampun ada-ada aja. Tapi taktiknya oke juga tuh. Sambil berdehem dan ngedorong kursi. Selamat deh.
Post a Comment