Setiap pagi ia selalu memberikan senyumannya ketika satu persatu karyawan yang lain datang. Diawali dengan menaikkan tiang bendera, menyapu teras dan keruangan-ruangan kami mengumpulkan sampah kertas-kertas yg tiap hari selalu penuh di bak sampah. Biasanya kalau aku datang lebih pagi dari teman-teman lain ia akan keruangan ku menanyai kabar suami atau anak ku dan bercerita juga tentang keluarganya. Satu hal lagi ia akan bertanya mau minum apa hari ini teh atau air putih.
Suatu pagi, seperti pagi-pagi yang lain ia menghampiri meja ku menceritakan sepeda motornya dicuri orang ketika parkir di apotik dekat rumah kakaknya. Dengan sedih bercampur marah ia menyusun cerita dengan kalimat yang susunannya bolak balik, membuat aku harus mengamati gerak mulutnya dan kadang-kadang aku suruh mengulang lagi karena tidak paham maksudnya. Pagi itu jadi ramai karena masing-masing kami menterjemahkan kata demi kata yg keluar dari bibirnya yang seorang tuna rungu. Sepeda motor itu hasil tabungannya bekerja bertahun-tahun dan ia hanya sanggup beli yang bekas sekarang lesap digondol maling...
Suatu pagi, seperti pagi-pagi yang lain ia menghampiri meja ku menceritakan sepeda motornya dicuri orang ketika parkir di apotik dekat rumah kakaknya. Dengan sedih bercampur marah ia menyusun cerita dengan kalimat yang susunannya bolak balik, membuat aku harus mengamati gerak mulutnya dan kadang-kadang aku suruh mengulang lagi karena tidak paham maksudnya. Pagi itu jadi ramai karena masing-masing kami menterjemahkan kata demi kata yg keluar dari bibirnya yang seorang tuna rungu. Sepeda motor itu hasil tabungannya bekerja bertahun-tahun dan ia hanya sanggup beli yang bekas sekarang lesap digondol maling...
Tiga hari ia tidak menyapa kami dan mengantar air minum kemeja-meja kami. Kami merindukan kata-kata khas dari nya. Merindukan senyumnya dan keramahannya. Wajahnya sedih dan ia sering terduduk di mushola kecil disudut kantor untuk tafakur dan berzikir, selesai mengerjakan pekerjaan pokoknya membersihkan ruangan. Akhirnya kami sarankan untuk cuti saja spy bisa mencari spd motor lain dengan sisa tabungan + sumbangan teman-teman sekantor.
Senin pagi ia mulai tersenyum lagi menyambut ku di pintu depan dan menunjuk ke arah parkir ada sebuah sepeda motor.
"Lho itu punya mu yg kemarin ?" aku bertanya hati-hati dan ekspresif.
Ia menjawab dengan senyum semakin lebar dan bola matanyanya berkilat senang. Terbata-bata ia menceritakan- malam minggu kemarin dengan meminjam sepeda motor abangnya ia telusuri jalan-jalan sekitar rumah abang, kakak perempuannya dan tempat hilangnya motor tsb. Ba'da Isya sesaat akan menuju rumahnya, ia harus berhenti di lampu merah dan tiba tiba telinganya mendengar suar motor yg begitu dikenalinya. dicari sumber suara tsb diantara deru kendaraan lain, betul saja motor tsb mirip punya nya hanya no platnya beda. Dengan nekat dia bekuk pengendara motor tsb dan teriak
"aaaaiiiiiiiiiiiiiiiing - aaaaiiiing"
Masyarakat langsung berkerumun dan menangkap pengendara motor tanpa tahu asal mulanya. Dengan susah payah ia menerangkan sampai akhirnya polisi datang. Persoalan selesai, pencurinya digiring ke kantor polisi. Dengan keterbatasannya ia ngotot membawa pulang motor tsb , polisi pun mengalah dan menyerahkannya spy dibawa pulang sambil diantar seorang tetangga yg kebetulan berada ditempat kejadian - dengan catatan bisa dipanggil sewaktu-waktu.
Ia seorang tuna rungu. Dengan keterbatasannya ia mampu mengerjakan tugas dengan baik melebihi teman seprofesi yang normal. . Kualitas pekerjaan pun diatas rata-rata. Berbagai bentuk copian surat, mampu dikerjakannya. Kadang kami yang bertanya bagaimana cara memfotocopi bolak balik, menyatukan sheet jadi 1 halaman. Dengan keterbatasan pendengarannya ia mampu menyerap ilmu pengetahuan dengan baik. Dengan keterbatasannya ia sering mengingatkan kami kalau adzan Zuhur sudah berkumandang dan mengajak kami sholat dengan gerakan tangannya menirukan orang takbir. Kadang ia mengingatkan kami juga untuk selalu bersyukur dengan nikmat Allah yang diberkanNya kepada kita.
Maka, Nikmat Tuhan Mu manalagikah yang engkau dustakan ?
No comments:
Post a Comment